Kamis, 19 November 2009

UntUng guE bukan CowOk. pfUuuh..

18 November 2009


Kuliah pagi dimulai jam 9.45, maka dengan sedikit bersantai dan bersemangat untuk bangun siang, aku masih santai2 saja ketika jam sudah menunjukkan jam 8 kurang. Namun, demi menebus dosaku minggu lalu yang disebabkan karena pembolosan kejam pada praktikum Analisis Laporan Keuangan, dengan dipaksa memiliki hati ikhlas, maka berangkatlah aku kekampus jam 9.15 (tumben!). kuliah kali ini mengenai Modal Kerja, padahal udah sok2an baca2 Arus Kas,ee salah. Ternyata masih nerusin materi kemaren. Semakin membuatku menyesal kenapa aku harus belajar dulu kalau pada akhirnya aku akan dikecewakan. Dasar.

Laboratorium komputer 1 sudah sepi jam 12.00, mereka sudah cap cus dari jam 11, sedang aku dan Diny masih harus bergelut dengan tugas minggu lalu yang seharusnya memang terselesaikan sebelumnya. Putus asa dengan kondisi Jogja yang sedang hujan deras pada tengah siang bolong, maka sesion curhat pun menggantikan saat makan siang kami dilantai 4.

Diny cerita banyak. Mulai dari kehidupannya diJakarta (anak Bintaro getoo), kehidupan temennya di UI (beuh, my next univ, amin) sampai nylepret2 tentang si teman kita yg lagi hamil akhir2 ini. Inilah wanita’s Job. Banyak dikit pasti masih berhubungan dengan aib orang lain. Kadang, saking kesalnya, dengan pikiran jahat dan kejam, ingin sekali mulutku kusumpal dengan seporsi steak WS bila mulai nerocos hal2 yang tidak bermutu. Tapi, ini takdir, man! Sulit untuk lepas 100%!
Mendengar kehebohannya bercerita tentang temen2nya yg UI, membuat semangat yang ada didada semakin membara, padahal, menurut analisis, harusnya padam. Kenapa? Yang diceritain,
Diny : kata temen gue tuh ya yang kuliah di FISIP UI, ada temennya anak HI, anaknya biasa aja, yakiinnn. Ee, ternyata si doi anaknya Diplomat dimane gitu. Ada yang mukanya culun ternyata anaknya orang terkenal. Ada juga yang begonya nggak ketulungan, kelas internasional, tapi bisa magang masuk I&Y, ngalain yang berotak cerdas nan pintar, trus yah, ada juga . . . . bla.. bla.. bla..
Susi : (diem dengan muka ngankuk dan tatapan kosong disamping tangan yang mencet2 jerawat dimuka sambil ngelamun, kalo aku masuk UI ntar Diny ngomongnya gimana ya? Mungkin : eeh, tu lho temen gue cewek yang cupu,keren nan ayu dan berhati lembut itu, ternyata anak bos Rosok di Wonogiri lhoo, Cing! ya ampyuuun, makanya mukanya mirip kertas lusuh! )Obrolan yang aneh dan bin wagu berakhir ketika aku memutuskan pamit untuk masuk kelas di 401 pukul 12.50.

Kelas ini sepertinya ada yang aneh, bagaimana tidak? Tempat duduk privatku (ciailahh, kayak yang punya kampus) udah diduduki anak2 yang nggak perlu liat mukanya, cukup kakinya, dan aku bisa menyimpulkan bahwa makhluk ber4 itu berjenis kelamin : waria. Wanita selalu gembira. Aku milih melangkah keluar lagi.
seseorang : mbak Suss...
seperti layaknya film The Matrix, aku langsung noleh dengan gerakan slow motion.
susi : ya? (weh, nih mah anak Improvisasi ku kemarin)
Nurma : kok masuk kelas ini, mbak? (tanyanya dengan tatapan aneh dibarengi tatapan teman2 sekelasnya, dan aku hanya menelan ludah, garing.)
susi dengan hati baja dan tak kenal malu : lhoh inikan kelasku? Aku bakalan kuliah Kewirausahaan jam 1.
Nurma : nggak ah, nih kan Perpajakan, pengganti sih, Pak Anang.
Wuuuusssshhhhh.. angin dingin serasa menerpa tubuhku. Apa hari ini adalah akan kosong lagi seperti minggu lalu, mengingat tak ada umat kelasku yang menampakkan batang bokongnya? Apa manfaatnya terocosan dan menunggu satu jam tadi?

Kebodohan ditunjang dengan tidak hadirnya manusia2 tersebut dan semakin memastikan bahwa : saya adalah tolol selama satu jam ini.
Ditempat duduk yang sama kududuki 25 menit lalu, Ayu dan kawan2nya tengah menolongku menunggu kepastian kosong tidaknya kelas ini. Ayu membuka pembicaraan tentang Grand Final Duta Wisata Jawa Tengah,
Ayu : Sussss, please deh! Pleaseee, pleaseee, pleaseeee ( lebay ), kayak gitu tho jagonya Wonogiri? Kayak gitu?
Susi : (dengan muka masih sangat terlihat sok polos) kenape emang e?
Ayu : hmmm, dia tuh ya.... cuap, cuap, cuap, cuap.. (banyak disensor karena tidak laik tayang, wkwkwkwk), jauhlah ma kamu at all! At all! Mendingan kamu sak puooooollllleeee. (Ayu masih berapi2 dnegan eye shadow yang terlihat warna janda menggores indah kelopak matanya, batinku : mau kuliah atau kondangan, Bu? Hehe, )
Susi : aku kan nggak tinggi, Cing.
Ayu : trus nape? Perwakilan lo tuh masuk kategori aja nggak. Pokoke mendingan kamu sak puol-puoleee! Wis tenan! (sepertinya api mulai membakar siang itu)
Aku hanya bisa senyum2 sendiri mengingat hal yang sudah berlalu sekitar 3 bulan lalu. Kenangan yang manis sekaligus menusuk. Membuatku semakin bertekad untuk membabi buta di kabupatenku nantinya. Rasanya, uuuhhh, pengen banget buktiin. Kalo, I can do more. I lost because something, but I’m better at all except : my tall. Wuis, ngomong apaan sih? Stop!

Kuliah lagi jam 3.45, Sistem Teknologi Informasi. Mata kuliah yang kutunggu-tunggu sepanjang minggu. Bukan karena aku jago atau hebat banget dibidang IT, no, no! Karena sekelas cowok semua jadi aku bisa ngeceng dengan leluasa tanpa ada yang nyaingi? Bukan juga. Karena tiap kuliah dikasih snack? Enak aja. Emang gue kuliah di kantin? Karena sosok penggembala (baca : dosen) kita. Emang kite2 domba? Sorry deh temen2 sekelas STI.

Si pak Dosen satu nih ya, ya ampun, luar biasa. Banget. Cakepnya, pinternya, pesonanya, hidungnya, rambutnya, bulu dadanya, bulu kakinya. Wis lengkap. Paket Pizza Hut terlengkap dan ter-yummie! Awal kuliah, Pah Mukh mbagiin kertas ulangan kekita2. Dan ketika,
Pak Mukh : Dyah Susilowati Susie Wae (dia ngajak bercanda dengan suara masuk mic depan kelas)
Susi : ya, Pak (berdiri sambil menata pakaian). Berjalan perlahan-lahan tapi terasa sangat cepat ketika mendekati beliau, sangat cepat. Seolah-olah waktu berlari 5 kali dibanding biasanya. Tatapan matanya yang manis dan mengkilat itu seolah2 berkata : Susi bukankah saya laki2 yang kau cari selama ini?. Akupun mengambil kertas ulangan dari tangannya.
pak Mukh : saya kira mau jawab pake bahasa Inggris, (meledek)
Susi : (hanya bisa meringis dengan hati yang merongos), pesonanya msih saja melekat erat dipelupuk mata, meski didalam kertas ujian MIDku tersebut tertulis angka 100! Yah, aku dapat nilai 100 diujian MID kali ini. Karena? Karena aku belajar rajin dan benar2 memperhatikan dia ngomong didepan kelas tiap pertemuannya demi mendapatkan segelintir perhatian dari hidupnya. Segitunya?

Hari berlanjut. Acara dinner bareng Ali dan mbak Tika di Sagan. Dengan menu Mie Ayam, Mie Goreng, Cap Cay Kuah, Pak Loo kee (namanya kalo disebut bikin orang keselek) serta minuman 4gelas tersapu dengan menyenangkannya. Terlebih, ketika aku harus menjadi tempat sampah Pak Loo Kee tersebut karena lambung mbak Tika yang kecil dan usus Ali yang pendek sehingga mereka dengan seenaknya meninggalkan makanan yang mirip muntahan kucing itu dihadapanku. Dan aku : dengan pasrah dan bersyukur, menghabiskan sisa tersebut sambil senyum2, karena karma telah datang. Ali yang menghabiskan2ku sebelumnya kini hanya berkutik kecil. Si gadis cintanya Ali ternyata sore ini juga makan ditenda yang sama dengan kita. Mereka : sama2 gugup. Yes! Mati lo, Li!

Anjar masih saja terus mengganggu ku lewat missed call-missed callnya. Malam ini, abis maghrib dan tentunya abis dinner aku harus kekostnya dia. Mbungkusin kado buat ultah gebetannya besuk pagi. Maka sedikit bergembira karena dibonceng Mio baru, (ni baru Mio, belum dibonceng Ferrari, bisa2 nari2 kayang nggak jelas) kita menyusuri jalan. Kedai Digital – ATM BNI - Artha Jakal - Istana Kado – balik kost baru siap2 bungkus kado. Hemm, ini yang dinamakan cinta, Kawan. Seorang laki2 rela berkorban beratus-ratus sibu demi wanita yang belum tentu mau jadi pacarnya, jadi pembantunya aja belum tentu. Inilah cinta, Man. Untung aku bukan laki2. Males banget nggak sih kalo kita harus ngluarin duit banyak2 buat kesenangan orang lain, padahal kita aja nggak ikut menikmati kesenangan itu dan hal itu dilakukan hanya demi : cari perhatian. oh, no. Mau2nya yah anak cowok? (padahal yang nulis doyannya morotin celana, eeh morotin duit cowok, hehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar