Minggu, 26 Agustus 2012

Cinta Suci Zahrana

Hari ini saya dan dua teman kantor saya, mbak Leli dan mbak Fenty menonton film Cinta Suci Zahrana di Bioskop XXI Citraland Mall. Film yang senarionya based on novel karya Habiburrahman El-Shirazy ini, di sutradarai langsung oleh Bapak Chaerul Umam. Berlokasi syuting di Semarang dan memiliki durasi tayang sekitar 120 menit-an.
Oke. Saya mulai resensi filmnya ya. Dewi Zahrana adalah seorang dosen universitas Mangunkarsa yang memiliki segudang prestasi dan memperoleh berbagai penghargaan. Meski dengan pencapaian tersebut, Zahrana belum juga ketemu jodoh sampai umurnya kini menginjak 34 tahun dan kebetulan dia adalah anak tunggal dalam keluarganya. Ayahnya pensiunan pegawai negeri sipil yang menderita sakit jantung yang harusnya dioperasi dengan dana yang sangat besar namun tidak memiliki kemampuan ekonomi. Ayah Zahrana ingin sekali melihat anaknya segera menikah sebelum beliau meninggal.
Pak Karman, Dekan Fakultas Teknik tempat Zahrana mengajar, menginginkan Zahrana menjadi istri keempat setelah bercerai dengan istri ketiganya. Pak Karman memanfaatkan kedudukannya sebagai Dekan sekaligus pemegang saham diyayasan universitas tersebut, dengan meminta tolong bu Meryl Hutapea, wakil dekan, untuk menyampaikan lamaran kepada Zahrana. Zahrana minta waktu 3 hari dan akhirnya dia mengirim email kepada Pak Karman dan bu Meryl bahwa dia tidak bisa menerima lamaran tsb. Pak Karman marah dan tetap berambisi memiliki Zahrana. Hingga dia mengancam kalau Zahrana tidak menerima pinangannya Zahrana akan dipecat. Dengan saran bu Meryl, Zahrana memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai dosen ditempat tersebut meski ia sedang dimintai tolong untuk menjadi dosen pembimbing skrispi bagi Hasan, yang memiliki hubungan dekat dengan Rina.
Zahrana sementara bekerja sebagai guru les SMA dan akhirnya diterima mengajar sebagai guru di SMA Pesantren AL-Falah. Berhubung penyakit ayah Zahrana semakin parah, Zahrana pun berkata pada ayahnya bahwa dia bersedia dinikahkan dengan siapa saja asal ayahnya bahagia. Dimulailah dia diperkenalkan dengan kepala kemanan sebuah bank, lalu ayah dari anak didik lesnya dulu hingga saran agar Zahrana untuk datang ke Kyai tempat yayasan yang mengelola pesantren tempat dia mengajar ditemani Lina, sahabatnya yang pernah nyantri ditempat tersebut. Menurut bu Kyai, Zahrana akan dipekenalkan dengan seorang mantan murid pesantren juga yang memiliki fondasi agama yang sangat bagus namun memiliki pekerjaan sebagai tukang kerupuk keliling bernama Rahmat. Akhirnya mereka dipertemukan secara terencana oleh bu Kyai tanpa sepengetahuan Rahmat. Keluarga Zahrana sudah sangat setuju demikian pula Zahrana yang juga jatuh cinta pada Rahmat. Maka ditentukanlah tanggal pernikahan mereka. Lain sisi, meski sudah tidak mengajar di universitas, tapi bu Meryl tetap meminta Hassan untuk berkonsultasi skripsi pada Zahrana. Namun karena Hassan juga harus bekerja diperusahaan yang sedang dibangunnya, maka sripsi tersebut agak terbengkalai.
mbak Lel narsis di depan bannernya, hihi
Sehari sebelum pernikahan diselenggaraan, Rahmat tertabrak kereta dan meninggal dirumah sakit. Keluarga Zahrana sangat terpukul, demikian pula Zahrana yang shock harus masuk rumah sakit. Mengetahui hal tersebut ayah Zahrana pun ikut terkejut, penyakit jantungnya kambuh dan akhirnya meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Zahrana yang masih dirawat di rumah sakit belum mengetahui bahwa ayahnya pun meninggal hingga saat pak Karman dan teman-teman kantornya dulu menjenguk menyebutkan bahwa ayahnya juga meninggal. Zahrana semakin shock dan tertekan hingga dokter pribadi Zahrana memanggil  psikiater dari rumah sakit lain bernama Dr Zulhaijah yang ternyata adalah ibu kandung dari Hassan. Ternyata pada akhir diketahui bahwa Rina adalah adik ayah Hassan yang paling kecil dan mereka seumuran makanya memanggil Hassan dengan sebutan ‘mas’ dan mengaku sebagai pacar Hassan dengan maksud agar Hassan tidak diganggu oleh gadis-gadis usil. Suatu hari dibulan Ramadhan Dr. Zul datang berkunjung kerumah Zahrana untuk melamarnya menjadi istri Hassan. Zahrana setuju meski dia mengajuan satu syarat bahwa dia minta ijab qabul diadakan pada ba’da isya pada hari itu juga. Dr Zul meminta waktu untuk berunding dengan keluarga besarnya sampai ba’da maghrib. Sesaat setelah sholat maghrib, dr Zul menelepon Zahrana dan memberitahu bahwa keluarga besar setuju dan mereka segera melangsungkan penikahan ba’da isya itu juga. Pada akhirnya Pak Karman ditemukan terbunuh diruang kerjanya karena mengganggu istri mahasiswanya dan Zahrana bersama Hassan hidup bahagia.

Well bagi orang yang tahu tentang Semarang, ada kegelian sendiri. Karena settingnya di kota Semarang maka kami tidak asing dengan tempat-tempat seperti Pands Collection, RSI Sultan Agung, Kampung Laut, Tugu Muda, Bandungan (setting rumah) dan Masjid Agung Jawa Tengah. Kami juga sempat sedikit tertawa ketika mereka memlesetkan Harian Suara Merdeka menjadi Suara Mahardika dan menggunakan alamat Jl Klipang Pedurungan sedangkan difilm tersebut digambarkan disebuah tempat pedesaan.

Untuk saya pribadi : film ini mendidik. Banyak nilai moral dan agama yang disisipkan didalamna. Lumayan recomended, dan sangat recomended bagi anda-anda yang belum mendapat imam dalam hidup anda, termasuk saya J