Kamis, 19 November 2009

bertahan hiDuP dari serangan kematiaN maLam itU.

6 November 2009


Sedihnya harus meninggalkan rumah secepat ini, yaa. Baru 2 hari dirumah, dan belum merasakan benar-benar liburan.

Diperjalanan yang panjang, menyusuri jalan Wonogiri-Jogja, melihat anak-anak muda yang kuliah diSolo dan sekitarnya sedang memacu motornya pulang kerumah, tapi sayangnya weekend ini aku harus balik Jogja, membuat ku diperjalanan tambah bete. Tapi apa boleh buat, demi kuliah Kewirausahaan yang jadwalnya outbond di Gunung Kidul besuk serta jam5.30 berangkat dari kampus.

Sampai di Weru, kekasih hati telah menunggu. Yak.. we would talking ‘bout our problem. Dengan sepiring Tahu Kupat yang kita beli di pasar Pedan, pembicaraan dimulai dengan tema “Dari Hati ke Hati”. And I found it. We still loving each other.

Sampai di Jogja jam 7.30-an, capek bener . . Dan akhirnya mas Tabah mengantarkan anakku pula. Si TanktOp ini. Senengnya, akhirnya kamu sembuh juga, Sayang . . . =)
Baliknya mas Tabah, dilanjutkan dengan pertemuan bareng temen-temen di kamar Vera membahas kelebihan listrik.
“Ver, minta yak.” Kataku seraya menyaut kotak makanan berisi kue2 yang notabene dia bawa sejak lebaran lalu. Langsung deh dengan lahapnya kumakan kue nastar itu dengan lahap. Asem.. Kecut..

Mau berangkat tidur, sambil nglaras pake laptop yang sudah sembuh, tiba2 mak bedunduk, perutku rasanya sakit buanget. Sambil setengah lari2 ku masuk kamar mandi dan mengeluarkan sesuat yang mengetuk-ketuk itu. Hasilnya : sangat encer! Gue diare! Huaaaaa.. T.T
Balik kamar, perut masih aja sakit dan bikin aku bolak-balik kamar-kamar mandi entah berapa kali saja. Muntah2 sejadinya. . Sampai2 nggak ada lagi bahan baku yang bisa digunakan untuk muntah, karena sepertinya lambungku sudah kehabisan makanan. Struggle sendirian, bertahan hidup dan mencoba melupakan nyeri yang seolah2 rasanya ususku sedang berkelahi satu sama lain. Pikiran yang aneh2 melayang tak menentu, mengingat temen ibukq yang meninggal gara2 diare semaleman dan telat dibawa ke dokter hingga ahirnya kehabisan cairan dan meninggal. Ya ampun. “Apa malam ini, malam terakhirku dibumi?”, agak lebay memang. Hehee, namun akhirnya mataku bisa tertutup dan kemudian tertidur lelap dengan posisi yang aneh. (menyesuaikan permintaan perut yang sedang manja)

Pagi hari, perut sudah agak sembuh tapi badan lemes dan panas karena sepertinya memang kehabisan cairan setelah semalam keluar tanpa memahami peraturan yang jelas. Segelas teh panas dan biskuit yang diberi mbak Antin menjadi menu sarapan yang indah. Tapi ketidakindahanku terletak pada : tidak ikut outbond praktikum Kewirausahaan di Wanagama. Sediihh.. Ya ALLAH, apa ini maksudnya?

Nb : masih tetap berjuang menormalkan pengeluaran sampai berhari2!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar