Kamis, 19 November 2009

muter2 jOgja dengan seragam SMA. mengulang masa mUda.

16 November 2009
Hari ini, aku harus ke SMA 6, nganter brosur iklan les privat akuntansiku ke Pitok. Pitok yang memang sebagai pahlawanku disini, dengan ikhlasnya mau membagikan 3 amplop brosur keteman2nya XII Ilmu Sosial perkelas. Hah. Thanks God, you help me.
Dengan muka serius dan kepala penuh akal busuk, aku bertanya pada mbak Rin : mbak mbok aku pinjem rok SMAmu dulu donk. Yah. Mbak Rin masih menyimpan koleksi baju SMAnya itu di Jogja dan masih dengan Pdnya dipakai untuk saat2 tertentu. Ruarrrr biasa. Dan dengan baiknya dia menjawab : sekalian bajunya nggak? Aku berkata : itu lebih baik.
Berbekal seperangkat baju SMA yang agak sedikit maksa masuk badanku, sore itu aku meluncur ke daerah RM Sangaji. Ngapain? Seperti ideku, membagikan brosur untuk anak2 SMA siapa tau mereka butuh jasaku sebagai gadis panggilan. What? Gadis panggilan? Apa yang akan babeku lakukan saat mengetahuinya. Yah! Husss! Jangan dibayangkan yang aneh2 lah. Disini, sebagai mahasiswi jurusan Akuntansi jobless (kerjaannya Cuma kuliah main lalu ngabisin duit trus tinggal telpon dan minta duit lagi), aku nyari kerjaan yang sesuai dengan jurusan serta minatku. Menjadi guru privat Akuntansi. Sound’s nice.
Melakukan proses penyamaran ternyata tidak mudah. Sangat sulit dan tidak tentu. Bagaimana tidak. Perasaan selalu was-was dan khawatir. Sampai2 seolah-olah mata satpam sekolah sedang melihat kearah kita dengan tajam dan ingin mengeluarkan pentungan kemudian teriak2 agar kita mau keluar dari area sekolah secepatnya, meskipun baju ini melekat dengan suksesnya. Alhasil : sekali lagi, untuk ketiga kalinya, aku gagal masuh SMA Muhi, Muhammadiyah Siji. Gagal lagi. Ketakutan akan mata satpam yang dulu pernah mendampratku belum juga luntur sampai hari itu. Maka dengan muka polos motorku masih saja kulajukan lurus melewati Muhi, dan SHIT! Hanya bisa marah2 sendiri dengan ketololan ini. Kenapa tidak ngerem motor dan bersikap biasa saja lalu nylonong masuk dengan muka polos anak SMA?
Meski demikian, aku tidak mau begitu saja merasa kecewa dan rugi bensin, kemudian tancap gas balik kost. Iiihh. Nggak ada hasil positif yang aku dapat dari kerja kerasku sore ini donk. Anak ekonomi kan harus benar2 memanfaatkan sumber daya yang dikeluarkannya. Maka dengan muka dikalem2kan seperti anak SMA, aku menuju SMA 11, yang kebetulan sejalur dengan SMA Muhi. Jantung yang berdebar2 kencang tidak mau kompromi ketika motorku memasuki gerbang dan (untungnya) berhasil parkir dengan aman. Lebih hebatnya, ketika aku melihat pos satpam, pak satpam masih saja menunduk, sepertinya sedang membaca sesuatu (berharap : buku bacaan baik yang mendidik), tanpa curiga padaku. Satu pintu terlewati dengan lancar. Saatnya : mencari papan pengumuman, tempat dimana poster2 ini bisa tertempel. And, yak! I get them. Memasang poster dengan dada berdegup kencang dan mata melirik kanan-kiri, persis kaya mau nyuri mangga jaman muda dulu. Emang sekarang nggak muda? Pfuuh.. Dan, mission complete! SMA 11 lancar terpasang 5 poster iklan ku. Meski tidak tau, apakah mereka akan membacanya atau justru bakalan ditemu guru BK, kemudian dibuangnya ditempat sampah keesokan harinya karena posterku nggak ada ijin dari sekolah. Whatever! Yang paling penting : aku sudah berusaha!
Sebalik dari SMA 11, langsung menuju Groovy, masih dengan kostum SMA. karena memang sudah janjian dengan mbak Tyas (yang akhirnya nanti dia hanya melewati bilikku saja tanpa tau aku sudah menunggunya) bakalan online bareng jam4an. Dan ketika baru parkir, liat motor Anjar sudah nangkring di shof paling depan. Dia juga disini. Akhirnya ketemu dia dulu, sampai akhirnya aku masuk kembali kebilikku dan mulai surfing didunia maya. Huh! Lagu kenceng nan jadul yang diputar keras banget sangat menggangu pendengaranku. Juga sangat mengganggu kerja otakku. Akirnya ku klik kotak ‘obrolan dengan operator’, dan dengan halus memintanya mengganti dengan lagu yang lebih modern dikit. Akhirnya : malah kita saling chat nggak jelas dengan perasaan menyebalkan. Karena : operator cewek, (yg chat ma aku cowok), spertinya nada2 bicaranya mulai mengejek2 aku. Terlebih ketika Mozilla ku nggak bisa muter dan minta masnya buat mbenerin dibilikku. Suara mbak operator sepertinya dengan nada yang nunjukin : gue kustomer nakal, penggangu serta penggoda operator laki2 kemudian mencoba merayunya dengan kata2 manis dengan pura2 minta tolong ada yang rusak. Oh, f*ck! Lo pikir gue apa, mbak?! I can make you out from your job place by tommorrow. Karena : lo udah nggak sopan dengan pelanggan! And I know, groovy’s a very care for consumens needs. Dengan mudahnya mereka bisa buang kemudian nemu pekerja2 yang lebih baik.
Malam ini, menemani Anjar ke Kedai Digital dan Karita untuk membeli kado bagi gebetannya. Uhh, so sweet! Jadi lupa : kapan terakhir kali aku dikasih kado orang yak? Haha. Masih dengan seragam SMA dan sweeter kuning bulukku, kita menuju tempat2 yang sudah ditentukan tadinya. Di Kedai Digital, berhubung front officenya cantik2, Anjar mulai cari perhatian dengan cara2 yg norak bin aneh. Huh. Malu abis. Mungkin kalo aku bawa motor sendiri udah tak tinggal jauh2 dia tanpa mau menganggapnya teman saat itu juga.
Saat masuk Karita, bapak2 yang nunggu lantai bawah bagian baju2 muslim menatap kedatangan kami, terlebih aku dengan matanya yang tajam menatap rokku. Anak SMA mana jam segini masih keluyuran : batinnya mungkin berkata seperti itu. Aku mah masih dengan muka pura2 tak melihat langsung saja meluncur naik ke lantai2, mencari mukena untuk si Gita. Kemudian membayar dikasir ketika selesai memilih.
Perutku kembung. Selain belum makan (ngirit abis, Cuy) juga udara malam itu dingin banget. Karena emang habis hujan. Aku meminta Anjar ke Monjali untuk mengisi perut yang masih kosong makanan tapi penuh sesak udara ini dengan sejejal nasi goreng bercampur acar dan teh anget. Kebodohan malam itu : bolot, bolot antara Laserin dan Listerin. Sehingga menyebabkan kami mengalami malu dan miss-communication.
Sampai dikost Anjar, aku : cieeee, Baban cing beli Listerin segala sekarang, nggak biasanya, ngapain hayoo?? Tanyaku penuh selidik, karena memang dia baru saja jadian dengan cewek barunya. Pikiranku melayang2 keawan hitam yang mengeruhkan pikiran. Anjar dan Baban menatap dengan kerutan alis. Aneh. Susi : yaaa, namanya baru punya pacar,, pastinya nggak mau bau mulutkan saat gitu2an (baca : ciuman). Thaaaak! Kepalaku dijitak. Baban : aneh2 aja, gigiku lagi sakit, Cuy! Thaaakkkk.. sekali lagi, kakiku ditendang Anjar. Dan merekapun meringis tanda bahagia atas ketololanku yang semakin menjadi setiap harinya.
Pesan moral hari ini : jangan terlalu berpikiran positif dengan orang yang baru pacaran, karena siapa tau, dia sudah ciuman dari sebelum jadian tanpa bermodal obat kumur penghilang bau mulut. Lho? Pesan moral?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar