Hari ini saya dan dua teman kantor saya, mbak Leli dan mbak
Fenty menonton film Cinta Suci Zahrana di Bioskop XXI Citraland Mall. Film yang
senarionya based on novel karya Habiburrahman El-Shirazy ini, di sutradarai
langsung oleh Bapak Chaerul Umam. Berlokasi syuting di Semarang dan memiliki
durasi tayang sekitar 120 menit-an.
Oke. Saya mulai resensi filmnya ya. Dewi Zahrana adalah
seorang dosen universitas Mangunkarsa yang memiliki segudang prestasi dan memperoleh
berbagai penghargaan. Meski dengan pencapaian tersebut, Zahrana belum juga
ketemu jodoh sampai umurnya kini menginjak 34 tahun dan kebetulan dia adalah
anak tunggal dalam keluarganya. Ayahnya pensiunan pegawai negeri sipil yang menderita
sakit jantung yang harusnya dioperasi dengan dana yang sangat besar namun tidak
memiliki kemampuan ekonomi. Ayah Zahrana ingin sekali melihat anaknya segera
menikah sebelum beliau meninggal.
Pak Karman, Dekan Fakultas Teknik tempat Zahrana mengajar,
menginginkan Zahrana menjadi istri keempat setelah bercerai dengan istri
ketiganya. Pak Karman memanfaatkan kedudukannya sebagai Dekan sekaligus
pemegang saham diyayasan universitas tersebut, dengan meminta tolong bu Meryl
Hutapea, wakil dekan, untuk menyampaikan lamaran kepada Zahrana. Zahrana minta
waktu 3 hari dan akhirnya dia mengirim email kepada Pak Karman dan bu Meryl
bahwa dia tidak bisa menerima lamaran tsb. Pak Karman marah dan tetap berambisi
memiliki Zahrana. Hingga dia mengancam kalau Zahrana tidak menerima pinangannya
Zahrana akan dipecat. Dengan saran bu Meryl, Zahrana memutuskan untuk mengundurkan
diri sebagai dosen ditempat tersebut meski ia sedang dimintai tolong untuk
menjadi dosen pembimbing skrispi bagi Hasan, yang memiliki hubungan dekat
dengan Rina.
Zahrana sementara bekerja sebagai guru les SMA dan akhirnya
diterima mengajar sebagai guru di SMA Pesantren AL-Falah. Berhubung penyakit
ayah Zahrana semakin parah, Zahrana pun berkata pada ayahnya bahwa dia bersedia
dinikahkan dengan siapa saja asal ayahnya bahagia. Dimulailah dia diperkenalkan
dengan kepala kemanan sebuah bank, lalu ayah dari anak didik lesnya dulu hingga
saran agar Zahrana untuk datang ke Kyai tempat yayasan yang mengelola pesantren
tempat dia mengajar ditemani Lina, sahabatnya yang pernah nyantri ditempat
tersebut. Menurut bu Kyai, Zahrana akan dipekenalkan dengan seorang mantan
murid pesantren juga yang memiliki fondasi agama yang sangat bagus namun
memiliki pekerjaan sebagai tukang kerupuk keliling bernama Rahmat. Akhirnya
mereka dipertemukan secara terencana oleh bu Kyai tanpa sepengetahuan Rahmat. Keluarga
Zahrana sudah sangat setuju demikian pula Zahrana yang juga jatuh cinta pada
Rahmat. Maka ditentukanlah tanggal pernikahan mereka. Lain sisi, meski sudah
tidak mengajar di universitas, tapi bu Meryl tetap meminta Hassan untuk berkonsultasi
skripsi pada Zahrana. Namun karena Hassan juga harus bekerja diperusahaan yang sedang
dibangunnya, maka sripsi tersebut agak terbengkalai.
mbak Lel narsis di depan bannernya, hihi |
Well bagi orang yang tahu tentang Semarang, ada kegelian
sendiri. Karena settingnya di kota Semarang maka kami tidak asing dengan tempat-tempat
seperti Pands Collection, RSI Sultan Agung, Kampung Laut, Tugu Muda, Bandungan
(setting rumah) dan Masjid Agung Jawa Tengah. Kami juga sempat sedikit tertawa
ketika mereka memlesetkan Harian Suara Merdeka menjadi Suara Mahardika dan
menggunakan alamat Jl Klipang Pedurungan sedangkan difilm tersebut digambarkan
disebuah tempat pedesaan.
Untuk saya pribadi : film ini mendidik. Banyak nilai moral
dan agama yang disisipkan didalamna. Lumayan recomended, dan sangat recomended
bagi anda-anda yang belum mendapat imam dalam hidup anda, termasuk saya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar