The Dearest, my Sist’ mbak Tyas
Hari ini, ketika aku kembali dari kampus dan hanya mengambil laptop
karena aku harus kembali secepatnya,
karena aku harus kembali secepatnya,
jam 6 maghrib tadi,
kamarmu tertutup rapat dengan keadaan gelap gulita.
kamarmu tertutup rapat dengan keadaan gelap gulita.
Aku pikir kau pasti pergi.
Entah kemana, ke kost Maya keponakanmu itu, mungkin.
Sekembaliku, 21.30, kamarmu tetap saja terkunci rapat.
Aku baru ingat kata-katamu,
bahwa kau akan berangkat ke Surabaya,
entah hari ini, Selasa atau Rabu.
bahwa kau akan berangkat ke Surabaya,
entah hari ini, Selasa atau Rabu.
Kau tidak memberi kepastian dan akupun tidak bertanya.
Aku pikir kau masih akan lama disini.
Aku pikir kau masih akan lama disini.
Ini hanya episode pertama dari kepergianmu nanti.
Ini hanya pemanasan dari kehilanganku.
Kadang aku bertanya, kenapa kau harus pergi,
kenapa kau tak disini saja mengejar mimpi-mimpimu. Kau akan bahagia, demikian juga aku.
kenapa kau tak disini saja mengejar mimpi-mimpimu. Kau akan bahagia, demikian juga aku.
Aku tidak akan merasa sendiri.
Banyak hal yang seharusnya masih kita perbincangkan,
masih kita diskusikan.
masih kita diskusikan.
Tapi aku tahu,
waktu tidak akan berhenti menunggu ujung pembicaraan kita.
waktu tidak akan berhenti menunggu ujung pembicaraan kita.
Dia tetap saja mengalir dengan sangat derasnya,
dan aku sendiri tidak mampu membuat bendungan
kemudian menahannya dititik itu.
kemudian menahannya dititik itu.
Aku hanya takut pada kesendirian.
Aku hanya merasa sangat takut
ketika orang-orang mulai pergi satu demi satu.
ketika orang-orang mulai pergi satu demi satu.
Namun, betapa egoisnya aku jika kubiarkan aku mengikatmu
ditempat yang tidak memberimu sesuatu
yang membuatmu lebih banyak belajar.
ditempat yang tidak memberimu sesuatu
yang membuatmu lebih banyak belajar.
Seiring waktu, seiring ketakutan itu,
aku ingin tetap tersenyum
ketika kau membawa koper2 mu pergi dari tempat ini.
ketika kau membawa koper2 mu pergi dari tempat ini.
Dengan tangan terbuka menerima kenyataan,
bahwa kau telah tidak didekatku lagi.
bahwa kau telah tidak didekatku lagi.
Berkata, selamat berjuang untuk kehidupan diluar ‘kotak’, mbak Catur Sari Widiyaningtyas, S.Psi.
Dengan cinta, kasih dan air mata
Susie wae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar